• Address Jl. KH. Abdurrahman Wahid No. 104 KM 2, Bugangan, Kalianget, Wonosobo, Jawa Tengah 56319
  • Email disparbud.wonosobo31@gmail.com
Wednesday, Mar 12, 2025

Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Wonosobo, Harmoni Budaya dan Religi

Wonosobo - Menjelang Bulan Suci Ramadhan, masyarakat Wonosobo menggelar berbagai tradisi yang sarat makna. Tidak hanya sebagai bentuk penyucian diri, kegiatan ini juga menjadi momen untuk mempererat silaturahmi, saling memaafkan, dan mendoakan keluarga serta leluhur.

Berikut beberapa tradisi khas yang masih lestari di Wonosobo:

1. Nyadran: Menghormati Leluhur

Nyadran berasal dari istilah sraddha, yang berarti keyakinan atau kepercayaan. Tradisi ini memiliki akar sejarah panjang, tercatat dalam Kitab Negarakertagama, yang menyebut Raja Hayam Wuruk mengadakan upacara Sraddha untuk mendoakan leluhur.

Dalam perkembangan Islam, tradisi ini tetap dilaksanakan sebagai ziarah kubur di makam leluhur atau punden desa, dengan kegiatan bersih kubur yang dilakukan secara gotong royong. Nyadran menjadi sarana refleksi diri sebelum memasuki Ramadhan.

2. Nyekar: Ziarah dan Doa untuk Keluarga

Nyekar memiliki makna menaburkan bunga di atas pusara sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur atau keluarga yang telah tiada. Tradisi ini dilakukan baik secara individu maupun bersama keluarga, sebagai momen untuk mengenang dan mendoakan mereka yang telah berpulang.

3. Padusan: Mensucikan Diri Menyambut Ramadhan

Padusan berasal dari bahasa Jawa adus (mandi) dengan sufiks "-an", yang bermakna mandi besar guna menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Tradisi ini biasanya dilakukan di sumber mata air alami, seperti tuk (mata air), belik (sumur kecil), sungai, atau sendang yang dianggap suci.

Padusan menjadi simbol kesiapan fisik dan batin dalam menyambut bulan suci.

4. Punggahan: Pengingat Kedatangan Ramadhan

Punggahan berasal dari kata munggah (naik) yang mendapat akhiran "-an". Tradisi ini berkembang di wilayah Wadaslintang, di mana masyarakat Muslim berkumpul untuk berdoa bersama di rumah warga atau masjid.

Kegiatan ini menjadi pengingat akan datangnya Ramadhan dan mempererat kebersamaan dalam komunitas.

5. Kerja Bakti: Gotong Royong Menyambut Bulan Suci

Menjelang Ramadhan, masyarakat Wonosobo juga melaksanakan kerja bakti dengan membersihkan dan menghias lingkungan tempat tinggal, masjid, dan musala. Kegiatan ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian sosial dalam menyambut bulan penuh berkah.

6. Megengan: Tradisi Berbagi Makanan

Megengan merupakan tradisi berbagi makanan kepada tetangga dan kerabat, yang biasa disebut ater-ater. Sedekah makanan ini dilakukan secara individu maupun kelompok, sebagai bentuk rasa syukur dan mempererat hubungan sosial menjelang Ramadhan.

Dengan berbagai tradisi ini, masyarakat Wonosobo tidak hanya menjaga nilai-nilai keagamaan, tetapi juga merawat kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun. Semangat kebersamaan dan kebudayaan ini menjadikan Ramadhan lebih bermakna dan penuh kehangatan.

Previus Post Next Post