MIE ONGKLOK WONOSOBO – Edit Erwin 12 September 2022
- Definisi singkat
Mie Ongklok adalah makanan khas asal Wonosobo yang berupa olahan Mie yang diyakini terinspirasi dari Mie Lo yang merupakan kuliner khas etnis Tionghoa. Mie Ongklok dibuat dengan mie yang direbus bersama sayuran dan kucai lalu dihidangkan dengan disiram kuah kental dinamai Lo dan disantap bersama sate sapi. Asal-usul nama Ongklok disebut karena sama dengan nama alat dari bambu yang digunakan untuk merebus dan juga gerakan saat merebus yang disebut di-ongklok. Melimpahnya bahan baku termasuk sayuran dan bumbu di Wonosobo dinilai mendukung kelestarian mie ongklok sebagai kuliner khas.
- Resep Mie Ongklok umum
Resep Mie Ongklok sudah diperkenalkan sejak tahun 1940-an oleh Kwa Tjin Hwat dan saat ini mengalami sedikit perubahan dan disesuaikan dengan citarasa warga setempat. Citarasa Mie Ongklok berasal dari dominasi bumbu di kuah kentalnya atau Lo.
Bahan Lo:
- Tepung Tapioka
- Bawang goreng (dihaluskan)
- Ebi kering (dihaluskan)
- Kaldu ayam
- Merica
- Garam
Bahan Rebusan:
- Mie Kering Cap Kodok
- Kubis
- Selada Air/Kenci (Opsional)
- Kucai
Bahan Tambahan/Topping: Ayam rebus suwir, Bawang Goreng, Potongan tahu bacem, Potongan tempe bacem (opsional), dan Sate Sapi dengan bumbu kacang dan kecap manis.
Cara Memasak:
Untuk membuat Lo, seluruh bumbu dicampur dalam kaldu ayam yang mendidih dan diaduk hingga mengental. Bahan yang direbus adalah Mie Gepeng kering yang direbus dulu agar lunak lalu ditiriskan. Selanjutnya mi bersama Kubis, selada air/kenci, dan kucai dimasukkan dalam alat dari bambu yang disebut Ongklok dan direbus selama kurang dari satu menit di air mendidih sambil diputar-putar atau di-Ongklok.
Setelah bahan rebusan melunak, disajikan di mangkok dan dibubuhi bahan tambahan lain sebelum dituang Lo. Di beberapa pedagang, selain bawang goreng dan kecap manis, juga ditaburi lada putih bubuk. Sate Sapi dihidangkan terpisah.
Dalam perkembangannya, mayoritas pedagang menghilangkan tambahan ayam suwir dan potongan tempe bacem. Bahan tambahan lain yang di tahun 1940-an digunakan yakni olahan darah Sapi yang disebut Saren Bacem juga dihilangkan sejak awal tahun 1990-an. Sate Sapi dipadukan dengan Mie Ongklok juga di masa-masa akhir 1990-an.
Pembuatan Lo di era 1940-an ditambah dengan ekstraksi Pihi atau Juhi, sejenis ikan laut kering untuk penguat cita rasa dan aroma. Namun pada tahun 1990-an harga Pihi dan Juhi semakin tidak terjangkau dan diganti dengan Ebi. Sukarti menyebut saat Muhadi berjualan, juga menggunakan penyedap rasa bernama Ve-Tsin. Lalu sebagai pengganti Bawang Goreng, di tahun 1970-an, digunakan Daun Bawang goreng karena lebih murah.
Sementara itu, Supriyati menyebut bahwa di masa Bah Slamet berjualan, jenis mie yang digunakan juga bervarias, selain mie gepeng juga ada Bihun dan Soun sesuai permintaan pembeli.
Menurut Mujiyono, tambahan sate sapi diyakini karena banyaknya pedagang sate sapi keliling (menggunakan blek atau kaleng) yang berasal dari Dero dan menetap di Tosari. Akhirnya para pedagang sate itu di tahun 1970an juga turut menjajakan Mie Ongklok.
- Sejarah dan tokoh-tokoh
Sejarah Mie Ongklok tidak bisa lepas dari para tokoh yang memperkenalkannya pada masyarakat Wonosobo. Silsilah resep Mie Ongklok tertua dimulai dari Kwa Tjin Hwat yang lahir tahun 1893, dan bermukim di Tosari, dan menjual Mie Ongklok secara berkeliling di sekitar kawasan Kota Wonosobo tahun 1940-an awal.
Di era itu, belum ada gerobak dorong sehingga dijual dengan Pikulan atau Hik keliling yang memuat alat masak berupa tungku atau anglo. Dalam menyiapkan dagangannya, Kwa Tjin Hwat dibantu putranya Kwa Ping An dan Muhadi yang mengawali dengan membantu di dapur.
Setelah tahun 1947, usaha itu diteruskan oleh putranya, Kwa Ping An, juga dikenal dengan nama Bah Slamet yang lahir tahun 1925 dan menikah dengan Bariyah dan dikaruniai 6 orang anak (8 anak lainnya meninggal saat bayi). Bariyah menjadi karyawan pertamanya dan berjualan keliling bersama. Kwa Tjin Hwat meninggal pada 24 Desember 1979 dan dimakamkan di Ngebong Wonosobo.
Slamet menjalankan usaha Mie Ongklok hingga tahun 1991 (tahun yang sama saat Bariyah meninggal) dan masih dengan berjualan keliling, dari dipanggul hingga didorong dengan gerobak. Slamet meninggal di usia 72 tahun pada tahun 1997 karena sakit.
Setelah tahun 1991, usaha Slamet diteruskan oleh anak-anaknya dan masih berjualan keliling dan hingga pada awal 2000-an (sekitar tahun 2004) menetap di warung pinggir jalan, di kawasan Honggoderpo.
Saat ini, usaha keluarga tersebut diteruskan oleh Kwa Cu Mei/Supriyati dan suaminya Yadi, hingga akhirnya dinamai Mie Ongklok Pak Yadi. Saat ini warung Pak Yadi berada di sebelah Klenteng Hok Hoo Bio (Dikelola putra ke-2 Supriyati/Yugik) dan warung tenda di Jalan A. Yani Wonosobo (dikelola oleh cucu Slamet).
Diungkapkan Supriyati, saat Kakeknya berjualan di tahun 40-an, dibantu oleh putranya Slamet dan tetangganya di Tosari yang bernama Muhadi. Saat ini Muhadi juga memiliki warung dengan nama Mie Ongklok Pak Muhadi yang diteruskan oleh putranya Mujiyono.
Muhadi adalah pengungsi dari Kebumen (kelahiran 1937, Meninggal 2004 di Wonosobo) dan di usia belasan tahun membantu berjualan di tempat Kwa Tjin Hwat. Dituturkan istri Muhadi, Sukarti (70 tahun) bahwa Kwa Tjin Hwat adalah pembuat Mie Lo di kampung Tosari, pada tahun 1940-an dan saat itu belum disebut Mie Ongklok.
Muhadi mulai berjualan Mie Ongklok sejak tahun 1966 hingga digantikan Mujiyono (putra ke 4 dari 10 bersaudara) yang meneruskan usahanya hingga saat ini dibantu saudaranya yang lain. Mujiyono mempertahankan bahan kecap yang diolah sendiri untuk menghasilkan cita rasa yang sama sejak tahun 1960-an.
Tokoh Pelestari Lain
Salah seorang penjual Mie Ongklok yang lebih dahulu memiliki warung menetap di kawasan Honggoderpo bernama Partomi dikenal karena menambahkan Sate Sapi dalam sajian Mie Ongklok (Mulai berjualan pada tahun 1970an hingga akhir 1990-an) namun tidak ada keluarga/keturunannya yang melanjutkan usahanya.
Tokoh lain pelestari resep mie Ongklok adalah almarhum Agus Tjugiyanto (meninggal Februari 2022) yang menulis Buku resep* yang memuat Mie Ongklok Wonosobo. Agus Tjugiyanto juga memiliki usaha Rumah Makan Dieng yang menyajikan menu Mie Ongklok dengan penyajian yang mempertahankan ayam suwir dan cita rasa yang dinilai mendekati aslinya.
Warung Mie Ongklok yang cukup dikenal luas di Wonosobo juga termasuk Mie Ongklok Longkrang dan Mie Ongklok Bu Umi, selain juga saat ini ada 250 lebih pedagang mie ongklok yang menjajakan dengan gerobak dorong tergabung di Paguyuban pedagang Saba Kamulyan. Di luar Wonosobo, Mie Ongklok yang cukup dikenal ada di Banjarnegara yang diawali mantan karyawan Muhadi, yakni Tugi.
Di tahun 1980-an, Mie ongklok masih tergolong hidangan yang mewah dan kerap disantap para juragan-juragan atau pedagang besar setelah selesai bekerja di pasar atau di toko-toko. Bahkan menurut Mujiyono, di masa itu, mayoritas pembeli didominasi pelanggan dari etnis Tiong Hoa mengingat mie ongklok memang berakar dari Mie Lo yang disantap dengan sumpit serta Sendok Bebek.
Dituturkan Mujiyono, di tahun 1980-1990an, harga Mie Ongklok sudah mencapai Rp35-Rp50 yang di era itu cukup mahal. Bahkan perbandingan harga mie saja Rp10 dan Sate sapi 10 tusuk Rp25. Kemudian setelah booming pariwisata Wonosobo, Mie Ongklok mulai menjadi makanan khas yang dikenal para wisatawan. Saat ini (2022), seporsi mie Ongklok di kisaran Rp35.000, Harga Mie Ongklok saja Rp10.000 dan Sate Sapi Rp25.000. Jam buka warung di tahun 1990-an juga berkisar antara pukul 12.00 siang hingga 18.30, sedangkan saat ini, banyak warung Mie Ongklok atau pedagang keliling yang buka mulai pukul 10.00 hingga 23.00 di sekitar pusat kota Wonosobo.
5. Inovasi dan pelestarian
Mie Ongklok Instan dalam kemasan
Desta Hatmoko Adi pada tahun 2015 membuat inovasi berupa Mie Ongklok instan dan mulai dipasarkan pada tahun 2016. Mie Ongklok Instan dikemas bersama bumbu yang dikeringkan dengan sayuran kering, terinspirasi dari Mie Instan Kemasan seperti Indomie. Mie Ongklok Instan memiliki beberapa varian rasa seperti Original, Lombok Ijo, Black Papper, dan Golden Chezzy. Jangkauan pemasarannya mencakup nasional dan mancanegara seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Korea, Brunai Darusallam, dan Canada. Mie Ongklok instan dapat bertahan hingga satu tahun dalam kemasan.